Woohoooo selamat ja atas suatu pencapaian yang teramat luar
biasa!
Kukatakan suatu pencapaian karena itu adalah sebuah ledekan.
Aku adalah cerminanmu. Semua yang hidup di dalam dunia cermin serba terbalik.
Aku yang hidup di dunia cermin adalah kebalikanmu. Kamu yang di dunia nyata
jelas-jelas seorang yang baik maka aku di dunia cermin adalah seorang yang
jahat.
Segala kesedihan yang kau dapat adalah kesenangan bagiku.
Jika sekarang engkau sedang menangis maka akulah orang yang tertawa paling keras
diantara mereka—para penghuni duniamu—yang juga bersuka ria atas segala
kebodohan yang tak sengaja kau ciptakan.
Mungkin di awal kisah akulah orang yang paling berduka.
Karena engkau disana sedang menemukan satu titik “kebahagiaan”. Iya,
kebahagiaan. Yang kupikir kau pasti belum pernah temukan. Hari-hari penuh kasih
sayang yang kau alami itu membuat dadaku sesak. Sungguh aku tak bisa terima
dengan segala senyuman bahagia yang selalu engkau guratkan tiap pagi. Segala
kenangan bahagiamu saat itu adalah yang terburuk bagiku. Saat itu. Aku bilang
saat itu. Kenapa? Ini hanya sebuah tamparan untukmu. Aku sedang mencoba
menyadarkanmu kembali. Menarikmu dari jeratan ilalang kenangan, memasukkanmu ke
duniamu yang sesungguhnya. Sebuah kenyataan yang jelas-jelas sekarang telah
berubah. Kenyataan yang berarti “sekarang” dan bukan “kemarin”. Cam kan! Aku
sedang menyadarkanmu!
Siapa yang tahu akhir dari sebuah kisah yang tuhan goreskan.
Siapa yang tahu pula jalan yang harus kita tempuh nanti, apakah akan mudah atau
tidak. Aku yakin, di awal kisah kamu pasti menyangka bahwa jalan yang akan
tempuh begitu mulus. Tapi sekarang kau tahu kenyataannya kan? Boleh kutanya
bagaimana rasanya? Sakit ya? Hahahaha tolonglah jangan buat aku sakit perut
karena terus tertawa. Kamu tahu betapa bahagianya aku sekarang? Sungguh
kepedihanmu adalah sebuah angin segar dalam penatku.
Kan sudah kubilang dari awal. Suatu saat nanti, kau akan
menemukan sebuah tangga kebahagiaan. Aku percaya kau bisa menaiki tangga itu.
Tapi kau tak pernah tau kan apakah anak tangga itu ada yang rusak atau tidak.
Kau malah bilang “tangga ini kuat. Aku bisa menuju puncak dengan tangga ini”.
Tapi kenyataannya? Kau tak tau kan kalau ada salah satu anak tangga yang
keropos? Dan sekarang bagaimana? Kau jatuh? Iya? Hahaha lawakanmu sungguhlah
tak ada tandingannya, ja.
Kau jatuh lalu terluka. Lukamu meninggalkan bekas. Bekas itu
akan mengingatkanmu pada saat kau jatuh. Artinya apa? Sesakit apapun lukamu,
kau pasti bisa sembuhkan. Tapi bekasnya takkan mudah kau hilangkan. Hatimu
mungkin pernah tersakiti dan terluka. Kemudian kau sembuhkan. Tapi luka yang
tergores itu pasti akan mengingatkanmu pada apa yang membuatmu sakit. Sama
seperti dengan mantan. Si “penyakit” mantan ini memang sudah sembuh, tapi
tersisa bekas luka kan? Dan akhirnya apa? Kenanganmu dengan penyakit akan
terulang kembali. Itu sih analoginya. Aku sedang menganalogikan kehidupannmu,
ja. Kamu adalah obat bagi si tangan yang terluka. Aku tak tau kau mujarap atau
tidak. Kau coba obati dan ternyata berhasil. Selamat kau mujarap. Tapi satu
hal, apakah bekas lukanya hilang? Sayang sekali kamu bukan dermatix, ja. Obat
penghilang bekas luka. Artinya, kamu memang bisa menyembuhkan tapi tak mampu
menghilangkan “bekasnya”. Atau mungkin ada obat lain yang lebih mujarap. Tak
heranlah kalau si tangan terluka akan mencari obat yang lebih mujarap darimu.
Kamu fikir di dunia ini hanya ada satu obat mujarap? Kamu gila jika jawaban iya
yang kamu lontarkan.
“cahaya bulan
menusukku, dengan ribuan pertanyaan.
Yang takkan pernah ku
tahu, dimana jawaban itu.
Bagai letusan berapi,
bangunkan ku dari mimpi.
Sudah waktunya
berdiri, mencari jawaban kegelisahan hati.”
Itu adalah bait lagumu kemarin. Dan kini kau tlah temukan
jawabanmu, ja.
Aku bersorak riang atas pencapainmu. Akhirnya kau tlah
temukan jawabanmu. Jawaban yang menyakitkan. Selamat. Dari aku, yang
membencimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar