Rabu, 27 November 2013

Ada obat yang lebih mujarap

Woohoooo selamat ja atas suatu pencapaian yang teramat luar biasa!
Kukatakan suatu pencapaian karena itu adalah sebuah ledekan. Aku adalah cerminanmu. Semua yang hidup di dalam dunia cermin serba terbalik. Aku yang hidup di dunia cermin adalah kebalikanmu. Kamu yang di dunia nyata jelas-jelas seorang yang baik maka aku di dunia cermin adalah seorang yang jahat.
Segala kesedihan yang kau dapat adalah kesenangan bagiku. Jika sekarang engkau sedang menangis maka akulah orang yang tertawa paling keras diantara mereka—para penghuni duniamu—yang juga bersuka ria atas segala kebodohan yang tak sengaja kau ciptakan.
Mungkin di awal kisah akulah orang yang paling berduka. Karena engkau disana sedang menemukan satu titik “kebahagiaan”. Iya, kebahagiaan. Yang kupikir kau pasti belum pernah temukan. Hari-hari penuh kasih sayang yang kau alami itu membuat dadaku sesak. Sungguh aku tak bisa terima dengan segala senyuman bahagia yang selalu engkau guratkan tiap pagi. Segala kenangan bahagiamu saat itu adalah yang terburuk bagiku. Saat itu. Aku bilang saat itu. Kenapa? Ini hanya sebuah tamparan untukmu. Aku sedang mencoba menyadarkanmu kembali. Menarikmu dari jeratan ilalang kenangan, memasukkanmu ke duniamu yang sesungguhnya. Sebuah kenyataan yang jelas-jelas sekarang telah berubah. Kenyataan yang berarti “sekarang” dan bukan “kemarin”. Cam kan! Aku sedang menyadarkanmu!
Siapa yang tahu akhir dari sebuah kisah yang tuhan goreskan. Siapa yang tahu pula jalan yang harus kita tempuh nanti, apakah akan mudah atau tidak. Aku yakin, di awal kisah kamu pasti menyangka bahwa jalan yang akan tempuh begitu mulus. Tapi sekarang kau tahu kenyataannya kan? Boleh kutanya bagaimana rasanya? Sakit ya? Hahahaha tolonglah jangan buat aku sakit perut karena terus tertawa. Kamu tahu betapa bahagianya aku sekarang? Sungguh kepedihanmu adalah sebuah angin segar dalam penatku.
Kan sudah kubilang dari awal. Suatu saat nanti, kau akan menemukan sebuah tangga kebahagiaan. Aku percaya kau bisa menaiki tangga itu. Tapi kau tak pernah tau kan apakah anak tangga itu ada yang rusak atau tidak. Kau malah bilang “tangga ini kuat. Aku bisa menuju puncak dengan tangga ini”. Tapi kenyataannya? Kau tak tau kan kalau ada salah satu anak tangga yang keropos? Dan sekarang bagaimana? Kau jatuh? Iya? Hahaha lawakanmu sungguhlah tak ada tandingannya, ja.
Kau jatuh lalu terluka. Lukamu meninggalkan bekas. Bekas itu akan mengingatkanmu pada saat kau jatuh. Artinya apa? Sesakit apapun lukamu, kau pasti bisa sembuhkan. Tapi bekasnya takkan mudah kau hilangkan. Hatimu mungkin pernah tersakiti dan terluka. Kemudian kau sembuhkan. Tapi luka yang tergores itu pasti akan mengingatkanmu pada apa yang membuatmu sakit. Sama seperti dengan mantan. Si “penyakit” mantan ini memang sudah sembuh, tapi tersisa bekas luka kan? Dan akhirnya apa? Kenanganmu dengan penyakit akan terulang kembali. Itu sih analoginya. Aku sedang menganalogikan kehidupannmu, ja. Kamu adalah obat bagi si tangan yang terluka. Aku tak tau kau mujarap atau tidak. Kau coba obati dan ternyata berhasil. Selamat kau mujarap. Tapi satu hal, apakah bekas lukanya hilang? Sayang sekali kamu bukan dermatix, ja. Obat penghilang bekas luka. Artinya, kamu memang bisa menyembuhkan tapi tak mampu menghilangkan “bekasnya”. Atau mungkin ada obat lain yang lebih mujarap. Tak heranlah kalau si tangan terluka akan mencari obat yang lebih mujarap darimu. Kamu fikir di dunia ini hanya ada satu obat mujarap? Kamu gila jika jawaban iya yang kamu lontarkan.

“cahaya bulan menusukku, dengan ribuan pertanyaan.
Yang takkan pernah ku tahu, dimana jawaban itu.
Bagai letusan berapi, bangunkan ku dari mimpi.
Sudah waktunya berdiri, mencari jawaban kegelisahan hati.”
Itu adalah bait lagumu kemarin. Dan kini kau tlah temukan jawabanmu, ja.

Aku bersorak riang atas pencapainmu. Akhirnya kau tlah temukan jawabanmu. Jawaban yang menyakitkan. Selamat. Dari aku, yang membencimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar